Asal Mula Keluarga PULUNGAN Labuhanbatu Selatan

Pulungan itu Nama Keluarga Marga-Marga Mandailing. Etnis Mandailing hanya mengenal sekitar belasan marga, antara lain Lubis, Nasution, Pulungan, Parinduri, Lintang, Rangkuti (Ra Kuti), Mardia, Hutasuhut, Daulay, Harahap, Dasopang, Siregar, Tanjung, Hasibuan, Rambe, Dalimunthe, Pane, dan Batubara.

Asal Mula Keluarga PULUNGAN

Pulungan itu Nama Keluarga Marga Etnis Mandahiling adalah ‘suku bangsa’ yang mendiami 3 Provinsi di Pulau Sumatra, yaitu Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Asal Mula Keluarga PULUNGAN Labuhanbatu Selatan
Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara di Provinsi Sumatra Utara, Indonesia beserta di Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat, di Provinsi Sumatra Barat, dan di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Pada masa penjajahan Belanda..
kesemuanya masuk dalam Afdeeling Mandahiling di bawah Sumatra’s West Kust Gouvernement (Gubernuran Pesisir Barat Sumatra). 
Pada masyarakat Minangkabau, Mandailing atau Mandahiliang menjadi salah satu nama ‘suku’ atau nama keluarga dari garis ibu (matrilineal) yang ada pada masyarakat Minangkabau.

Asal Mula Keluarga PULUNGAN Labuhanbatu Selatan
Seperti halnya orang Arab dan Tionghoa, orang Mandailing atau Mandahiling mempunyai pengetahuan mengenai silsilah, yang dalam bahasa Mandailing disebut sebagai (Tarombo atau Tambo). 
Silsilah orang Mandailing bisa mencapai beberapa keturunan sekaligus riwayat nenek moyang mereka. Pada mulanya silsilah sesuatu marga, diriwayatkan turun-temurun secara lisan (tambo atau terombo), kemudian diturunkan secara tertulis.
Menurut Abdoellah Loebis yang menulis mengenai asal usul orang Mandailing dalam majalah Mandailing yang diterbitkan di Medan pada awal kurun ke-20: “Yang masih ada memegang tambo turun-turunannya, yaitu marga Lubis dan Nasution, sebagaimana yang sudah dikarang oleh Almarhum Raja Mulya bekas Kuriahoofd (daerah) Aek (Sungai) Nangali…” Ini tidak bermakna marga-marga Mandailing yang lain tidak memelihara silsilah mereka.

Asal Mula Keluarga PULUNGAN Labuhanbatu Selatan
Penelitian silsilah marga Lubis Singengu (keturunan Silangkitang) di Kotanopan dan Lubis Singasoro (keturunan Sibaitang) di Pakantan, beserta Harahap (keturunan Sutan Bugis) dan Hutasuhut (keturunan Sutan Borayun) di Angkola]], yang merupakan keturunan Namora Pande Bosi, menunjukkan bahwa marga itu mula menetap di Mandailing Julu dan Mandailing Jae (Angkola) pada kurun abad ke-16 M, 
keturunan dari Raden Patah gelar Angin Bugis dari Majapahit, yang bersama pasukan Bugis dari Palembang, yang kalah adu kerbau dengan Kerajaan Pagaruyung di Padang Sibusuk. Sementara Lubis-Lubis lainnya, seperti Parinduri, Batubara, Daulae, Raorao, Tanjung, dan lainnya, yang bukan keturunan Namora Pande Bosi, umumnya sampai sekarang belum banyak dipublikasikan.
Sementara pada umumnya marga Nasution Sibaroar yang berada di Mandailing Godang merupakan keturunan Si Baroar gelar Sutan (Sultan) Di Aru, dan marga-marga Nasution lainnya, antara lain Nasution Panyabungan, Tambangan, Borotan, Lantat, Jior, Tonga, Dolok, Maga, Pidoli, dan lain-lain, berdasarkan nama dusun masing-masing, yang awalnya memakai sistem matrilineal.

Asal Mula Keluarga PULUNGAN Labuhanbatu Selatan
Umumnya marga-marga di Mandailing, kisah asal-usulnya tidak menunjukkan berasal dari Toba, seperti opini yang ditebarkan. Antara lain, Batu Bara, Daulae dan Matondang yang berasal dari satu nenek moyang. 
Tokoh nenek moyang ketiga marga tersebut menurut kisahnya dua orang bersaudara, yakni Parmato Sopiak dan Datu Bitcu Rayo. Sekitar Tahun 1560 M, keduanya bersama rombongan berangkat dari Batu Bara, Tanjung Balai menuju kawasan Barumun. 
Di tempat itu, mereka mendirikan kampung bernama Binabo, dan di situlah akhirnya Parmato Sopiak meninggal dunia.

Asal Mula Keluarga PULUNGAN Labuhanbatu Selatan
Pada 1981 beberapa tokoh marga Daulae, Matondang dan Batu Bara dari Mandailing telah memugar makam Parmato Sopiak yang terletak dekat desa Binabo di kawasan Barumun.) Kemudian hari, dua putera Parmato Sopiak yang bernama Si Lae dan Si Tondang bersama pengikut mereka pindah ke Mandailing Godang, dan mendirikan kampung bernama Pintu Padang. 
Di situlah, keturunan mereka berkembang dan bermarga Daulae dan Matondang. Datu Bitcu Rayo kemudian berpindah, dan mendirikan kampung Pagaran Tonga. Di tempat itu, keturunannya berkembang menjadi marga Batu Bara.
Orang-orang Mandailing bermarga Rangkuti dan pecahannya marga Parinduri, juga tidak mendukung pendapat, yang mengatakan mereka berasal dari Toba. “…sampai kini tidak seorang pun Marga Rangkuti yang menganggap dirinya Batak, tidak marmora (punya hubungan kerabat mertua) dan tidak maranak boru (punya hubungan kerabat bermenantu) ke Tanah Batak.
Sebab, menurut penuturan yang dihimpun dari orang-orang tua di Mandailing dan disesuaikan pula dengan tarombo marga Rangkuti, bahwa Ompu Parsadaan Rangkuti (nenek moyang orang-orang bermarga Rangkuti) di Runding.
bernama Sutan Pane Paruhuman, yang datang dari Ulu Panai membuka Huta Runding dan mendirikan kerajaan di sana. Kerajaan tersebut berhadapan dengan Harajaon (kerajaan) Pulungan di Hutabargot di kaki Tor (gunung) Dolok Sigantang di seberang sungai Batang Gadis kira-kira 16 km dari Panyabungan.

Kota Labuhan Batu dimana?

Kabupaten Labuhanbatu terletak pada koordinat 10 260 – 20 110 Lintang Utara dan 910 010 – 950 530 Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut : »Sebelah Utara dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka. »Sebelah Timur dengan Propinsi Riau. »Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Asal Mula Keluarga PULUNGAN Labuhanbatu Selatan

Asal Mula Keluarga PULUNGAN versi Ayah kami

CERITA ini saya dapat dari almarhum ayah saya (Almrhum. Ustadz Syamsul Bahri Pulungan – Pendiri Ponpes Ashshiddiqiyah Simandiangin Kec. Sungai Kanan Kab. Labuhan Batu Selatan).

Asal Mula Keluarga PULUNGAN Labuhanbatu Selatan

Ceritanya berawal dari pemberontakan Panglima Perang Raja Pulungan Nasaktion. Pasukan Raja Pulungan kalah dan semua keturunannya melarikan diri dari Kampung Huta Bargot. 


Ayah saya mengatakan, Raja Pulungan punya 3 (Tiga) Orang Putra dan 1 (Satu) Orang Putri

katanya Bou kita itu hilang “Dioban Begu”, dan Konon inilah yang kemudian membuat banyak Marga Pulungan menjadi Datu, atas bantuan kerabatnya Bou tadi, benar tidaknya saya kurang paham.

Anak Pertama Raja Pulungan bersembunyi dan menetap di Sayur Matinggi, Keturunannyalah yang kembali menyebar ke Madinah, Tapsel hingga ke Batang Toru, Palas hingga ke Sosa, paluta hingga ke Halongonan. Anak kedua Raja Pulungan lari ke Sipirok dan bergabung dengan keluarga kerajaan yang ada disana.

Asal Mula Keluarga PULUNGAN Labuhanbatu Selatan

Dari garis keturunannyalah Marga Pulungan yang menganut Agama Kristen yang menyebar hingga ke Tapanuli Utara. Malah Ayah saya pernah langsung mengklaim, Seluruh Pulungan yang dari kakek neneknya beragama Kristen, dipastikan mereka adalah Keturunan dari Anak Kedua tadi.

Marga Pulungan agama apa?

Anak kedua Raja Pulungan lari ke Sipirok dan bergabung dengan keluarga kerajaan yang ada disana, Dari garis keturunannyalah Marga Pulungan yang menganut Agama Kristen yang menyebar hingga ke Tapanuli Utara namun adapula yang islam.

Tapi, Soal siapa nama kedua anak Raja Pulungan itu, tak ada info yang saya dapatkan hingga kini. Sibungsu yang bernama Pangeran Kuning naik “Rapan or Rakit” dalam pelariannya menyusuri Sungai Barumun, dan beliau mendarat di Kampung Dusun Balimbing di Kota Pinang yang pada masa itu dalam kekuasaan Sultan Musthafa yang terkenal kejam.

Sebagai seorang perantau Pangeran Kuning tak tahu adat kebiasaan disana, sehingga ia terjebak dan harus bertarung dengan algojo Sultan Musthafa.


sebab Pangeran Kuning membalas “Martakuak” (Seperti ayam berkokok) pengawal kerajaan, membalas takuak itu berarti sebuah penantangan.

Terjadilah pertarungan sengit yang lumayan panjang, dan Pangeran Kuning keluar sebagai pemenang, Salut dengan kekuatan Pangeran Kuning, Sultan Musthafa memberikan Pangeran Kuning Area Kekuasaan. Daerah Sultan Musthafa yang menyeberang Sungai Barumun menjadi Area kekuasaan Pangeran Kuning.

Disanalah, di Dusun Balimbing Pangeran Kuning memulai hidupnya dengan semua keluarganya dan terus bertambahlah keturunannya hingga kini, tapi sekarang pusat keluarga itu tak lagi di Dusun Balimbing, tapi ada di Kampung Asam Jawa Kecamatan Torgamba Kab. Labuhan Batu Selatan.

Penuturan ayah, beliau masih keturunan ke enam dari Pangeran Kuning, atau keturunan ketujuh dari Raja Pulungan, dengan begitu Saya merupakan Keturunan Ketujuh dari Pangeran Kuning, atau Ke delapan dari Raja Pulungan, walau umur saya baru 31 Tahun, benar memang.


kalau saya berkunjung ke Desa Asam Jawa, banyak sekali yang panggil bapak uda, dll. Yang usianya kadang jauh diatas saya.

Tapi, yang paling dominan memanggil “Tulang”, Sebab begitulah memang, anak Laki Laki dari Keturunan Pulungan itu amat sedikit.

Saya setelah 8 Tahun menikah, hanya punya 1 (Satu) Orang Putri, Raini Dahriana Pulungan. Ini hanya Cerita Ayah yang saya coba ceritakan kembali di forum FB ini, saya tidak tahu apa ada maknanya, tapi saya amat yakin akan begitu berguna. 


Mohon sekali Tanggapannya.

Wassalamu Alaikum Wr Wb

Salam Hormat untuk Semuanya

SYAMSUD DAHRI PULUNGAN

Jalan Merpati Blk RS Sabena Lk. I Aek Manis

Kec. Sibolga Selatan – Kota Sibolga. Sumatera Utara

(IRPAN EFENDI PULUNGAN)***